Arsip Blog

Obat Dewasa Pasutri Produk khusus dewasa pasutri obat kuat obat perangsang seks dan alat bantu seksual pria wanita. toko-obat-murah.com

Pembesar Penis No.1 Jual obat pembesar penis no.1 dijamin tambah besar panjang kuat ereksi aman dan tanpa efek samping. obatpembesarpria.com

Supranatural Jokowi Dunia penuh ghaib info klinik belajar tenaga dalam primbon jawa mitos dan khasiat batu akik. supranaturaljokowi.com

Yudistira (Dewanagari: युधिष्ठिर; IAST: Yudhiṣṭhira) alias Dharmawangsa, adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putra Pandu. Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar prabu dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta.

Tokoh Mahabharata
Nama Yudistira
Ejaan Dewanagari युधिष्ठिर
Ejaan IAST Yudhiṣṭhira
Nama lain Bharata, Ajatasatru, Dharmaraja, Kurunandana, dan lain-lain
Kitab referensi Mahabharata, Bhagawatapurana
Asal Hastinapura, Kerajaan Kuru
Kediaman Hastinapura, Indraprastha
Kasta kesatria
Dinasti Candra
Klan Kuru
Senjata tombak
Ayah Pandu
Ibu Kunti
Istri Dropadi
Dewika
Anak Pratiwindya (dari Dropadi)
Yodeya (dari Dewika)

Etimologi

Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna "teguh atau kokoh dalam peperangan". Dalam kitab Mahabharata, ia juga disebut dengan nama Bharata[1] (keturunan Maharaja Bharata) dan Ajatasatru[2] Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna "raja Dharma", karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya.

Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira adalah Kururaja (कुरुराज, "pemuka bangsa Kuru"), Kurunandana (कुरुनन्दन, "kesayangan Dinasti Kuru"), Kurupati (कुरुपति, "raja Dinasti Kuru"), Pandawa (पान्दव, "putra Pandu"), Parta (पार्थ, "putra Prita atau Kunti").

Beberapa di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma, dan Duryodana. Selain nama-nama di atas, dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira, misalnya: Puntadewa ("derajat keluhurannya setara para dewa"), Yudistira ("pandai memerangi nafsu pribadi"), Gunatalikrama ("pandai bertutur bahasa"), Samiaji ("menghormati orang lain bagai diri sendiri").

Kelahiran

Yudistira adalah putra tertua pasangan Pandu dan Kunti, raja dan ratu dari kalangan Dinasti Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Kitab Mahabharata bagian pertama (Adiparwa) mengisahkan tentang kutukan yang dialami Pandu setelah membunuh brahmana bernama Resi Kindama tanpa sengaja. Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia dan istrinya sedang bersanggama dalam wujud sepasang rusa. Menjelang ajalnya tiba, Resi Kindama sempat mengutuk Pandu bahwa kelak ia akan mati ketika bersetubuh dengan istrinya. Dengan penuh penyesalan, Pandu meninggalkan takhta Hastinapura dan memulai hidup sebagai pertapa di hutan untuk mengurangi hawa nafsu. Kedua istrinya, yaitu Kunti dan Madri dengan setia mengikutinya. Setelah lama tidak dikaruniai keturunan, Pandu mengutarakan niatnya untuk memiliki anak. Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan suaminya. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera. Dengan menggunakan mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putra darinya tanpa melalui persetubuhan. Putra pertama itu diberi nama Yudistira. Dengan demikian, Yudistira menjadi putra sulung Pandu, sebagai hasil pemberian Dharma, yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan.

Kisah dalam pewayangan Jawa agak berbeda. Menurut versi ini, Puntadewa merupakan anak kandung Pandu yang lahir di istana Hastinapura. Kedatangan Bhatara Dharma hanya sekadar menolong kelahiran Puntadewa dan memberi restu untuknya. Berkat bantuan dewa tersebut, Puntadewa lahir melalui ubun-ubun Kunti. Dalam pewayangan Jawa, nama Puntadewa lebih sering dipakai, sedangkan nama Yudistira baru digunakan setelah ia dewasa dan menjadi raja. Versi ini melukiskan Puntadewa sebagai seorang manusia berdarah putih, yang merupakan kiasan bahwa ia adalah sosok berhati suci dan selalu menegakkan kebenaran.

Masa muda dan pendidikan

Yudistira dan keempat adiknya, yaitu Bima (Bimasena), Arjuna, Nakula, dan Sadewa kembali ke Hastinapura setelah ayah mereka (Pandu) meninggal dunia. Pada waktu itu, Hastinapura dipimpin oleh Dretarastra, kakak Pandu yang buta.[3] Kelima putra Pandu—yang terkenal dengan sebutan para Pandawa—membuat sepupu mereka, yaitu para putra Dretarastra (seratus Korawa yang dipimpin Duryodana) merasa iri. Bisma (sesepuh Dinasti Kuru) dan Widura (perdana menteri) lebih menyukai Yudistira daripada putra Dretarastra, sehingga Duryodana merasa cemas apabila Yudistira berhasil dinobatkan sebagai putra mahkota. Duryodana berusaha menyingkirkan kelima Pandawa, terutama Bima yang dianggap paling kuat. Di lain pihak, Yudistira selalu berusaha untuk menyabarkan Bima supaya tidak membalas perbuatan para Korawa.

Pandawa dan Korawa kemudian mempelajari ilmu agama, hukum, dan tata negara daripada Resi Krepa. Dalam pendidikan tersebut, Yudistira tampil sebagai murid yang paling pandai. Krepa sangat mendukung apabila tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandawa tertua itu. Setelah itu, Pandawa dan Korawa berguru ilmu perang kepada Resi Drona. Dalam pendidikan kedua ini, Arjuna tampil sebagai murid yang paling pandai, terutama dalam ilmu memanah. Sementara itu, Yudistira sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata tombak.
Pembakaran Laksagraha

Selama Pandu hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia, tahta Hastinapura untuk sementara dipegang oleh kakaknya, yaitu Dretarastra, ayah para Korawa. Ketika Yudistira menginjak usia dewasa, sudah tiba saatnya bagi Dretarastra untuk menyerahkan tahta kepada Yudhisthira, selaku putra sulung Pandu sekaligus pangeran tertua di kalangan Dinasti Kuru. Sementara itu, Duryodana berusaha keras merebut takhta dan menyingkirkan Pandawa. Dengan bantuan Sangkuni (paman dari pihak ibu), Duryodana pura-pura menjamu kelima sepupunya itu dalam sebuah gedung di Waranawata. Gedung itu sendiri terbuat dari bahan yang mudah terbakar, dan oleh arsiteknya (Purocana) disebut Laksagraha, artinya "Rumah Lilin". Ketika malam tiba, para Korawa membakar gedung tempat para Pandawa dan Kunti, ibu mereka, tidur. Namun, Yudistira sudah mempersiapkan diri karena rencana pembunuhan itu telah terdengar oleh pamannya, yaitu Widura adik Pandu. Akibatnya, kelima Pandawa dan Kunti berhasil lolos dari maut. Pandawa dan Kunti kemudian menjalani berbagai pengalaman sulit.
Pernikahan

Setelah selamat dari konspirasi pembunuhan oleh Duryodana dan Sangkuni, para Pandawa dan Kunti pergi melintasi kota Ekachakra, lalu tinggal sementara di kerajaan Panchala. Arjuna berhasil memenangkan sayembara di kerajaan tersebut dan memperoleh seorang putri cantik yang bernama Dropadi. Tanpa sengaja Kunti memerintahkan agar Dropadi dibagi lima. Akibatnya, Dropadi pun menjadi istri kelima Pandawa. Dari perkawinan dengan Yudistira, Dropadi melahirkan Pratiwindya.[4] Istri keduanya bernama Dewika, putri Gowasana dari suku Saibya, dan memiliki putra bernama Yodeya.[5]

Versi Jawa menyebut Dropadi dengan nama "Drupadi". Menurut pewayangan Jawa, setelah memenangkan sayembara, Arjuna menyerahkan putri itu kepada Puntadewa selaku kakak tertua. Semula Puntadewa menolak, namun setelah didesak oleh ibu dan keempat adiknya, akhirnya ia pun bersedia menikahi Drupadi. Dari perkawinan itu lahir seorang putra bernama Pancawala. Jadi, menurut versi asli, tokoh Dropadi menikah dengan kelima Pandawa, sedangkan menurut versi Jawa, ia hanya menikah dengan Yudistira seorang.

Raja Indraprastha

Setelah menikahi Dropadi, para Pandawa kembali ke Hastinapura dan memperoleh sambutan luar biasa, kecuali dari pihak Duryodana. Persaingan antara Pandawa dan Korawa atas takhta Hastinapura kembali terjadi. Para sesepuh akhirnya sepakat untuk memberi Pandawa sebagian dari wilayah kerajaan tersebut. Korawa mendapatkan istana Hastinapura, sedangkan Pandawa mendapatkan hutan Kandawaprastha sebagai tempat untuk membangun istana baru. Meskipun daerah tersebut sangat gersang dan angker, namun para Pandawa bersedia menerima wilayah tersebut. Selain wilayahnya yang seluas hampir setengah wilayah kerajaan Kuru, Kandawaprastha juga merupakan ibukota kerajaan Kuru yang dulu, sebelum Hastinapura. Para Pandawa dibantu sepupu mereka, yaitu Kresna dan Baladewa, dan berhasil membuka Kandawaprastha menjadi pemukiman baru. Para Pandawa kemudian memperoleh bantuan dari Wiswakarma, yaitu ahli bangunan dari kahyangan, dan juga Anggaraparna dari bangsa Gandharwa. Maka terciptalah sebuah istana megah dan indah bernama Indraprastha, yang bermakna "kota Dewa Indra".
SEJARAH DUNIA WAYANG© 2014. All Rights Reserved. Template By Blog
Wedung.com Areasatu Adasenze Tempate Published By Kaizen Template